-->

Tips menghadapi orang manipulatif agar dia tidak terus terusan mengeksploitasi kita

Pada dasarnya, tindakan manipulatif bagaikan sebuah hipnotis. Sang pelaku memberikan sebuah sugesti kepada mangsa yang sedang dia kejar, dan berharap bahwa mangsa ini akan jatuh dan memakan umpan tersebut. Hal ini sebetulnya merupakan sesuatu hal yang lumayan sering terjadi ketika seseorang sedang berbicara dengan seorang sales atau mentalis, di mana hal pertama yang dilakukan adalah untuk menemukan apa yang diinginkan oleh sang mangsa, lalu membuatnya kagum terhadap produk yang ditawarkan. Berikut ciri orang yang mudah di manipulatif :



  1. Tak punya kemampuan berpikir yang baik. Orang seperti ini, biasanya gampang ikut-ikutan apa kata orang lain. Misalnya, dia langsung saja percaya pada iklan obat pelangsing, yang menjanjikan bisa menurunkan berat badan sampai 20 kg dalam waktu sebulan. Ia nggak akan mau berpikir dulu, bahwa untuk menjadi gemuk sampai 20 kg lebih itu, tidak membutuhkan waktu cuma satu bulan, tapi bisa setahun atau lebih.

  2. Nggak enakan. Tipe seperti ini mudah sekali mengeluh, mengapa dia terus-terusan dimanfaatkan. Misalnya, sering meminjami uang ke orang lain, tapi pada nggak mau mengembalikan. Dia belum sadar, atau belum tahu, bahwa orang harus punya batasan diri yang menunjukkan ke orang lain, apa yang bisa dan tak boleh dilakukan ke dirinya. Salah satu contohnya, bertindak tegas dengan berani berkata tidak.

  3. Minderan dan penakut. Orang seperti dia, dibentak sedikit saja sudah ketakutan. Langsung deh mau saja menyerahkan KTP misalnya, buat dipinjam teman, tetangga, saudara atau orang lain untuk disalahgunakan. Misalnya, buat pinjaman online.


Orang-orang seperti di atas punya kesamaan, mereka belum tahu, bagaimana cara menghormati dan mencintai diri sendiri.


Bagaimana cara menghadapi orang manipulatif agar dia tidak terus terusan mengeksploitasi kita?


Pertama-tama, Anda perlu mengetahui beberapa tanda dari orang yang manipulatif. Pada umumnya, orang seperti ini mempunyai ciri yang sangat menonjol. Fokus permasalahan selalu diarahkan kepada orang lain, dan fokus keinginan selalu diarahkan kepada diri mereka sendiri. Sebagai suatu contoh, ketika Anda berbicara tentang suatu hal yang menjadi titik kepahitan, maka orang tersebut akan terus menerus mengungkapkan perasaan rasa sakit mereka dan menjadikan diri orang lain sebagai kambing hitam atau pusat permasalahan.


Orang manipulatif seperti demikian mencoba untuk "memaksakan" persepsi dan perasaan mereka sebagai sebuah realitas yang perlu diterima oleh orang lain. "Kalau aku merasa sakit dan kamu adalah orang jahatnya, maka seluruh dunia dan dirimu harus menerima bahwa kamulah si penjahat dan akulah yang tersakiti". Di dalam dunia seorang manipulator, mereka tidak mempunyai konsep yang jelas antara "duniaku" dan "dunia realitas yang sesungguhnya". Bagi orang seperti ini, "duniaku" adalah "seluruh dunia". Setiap orang di muka bumi perlu merasakan dan mengikuti apa yang mereka rasakan tanpa terkecuali. Jika ada orang yang mencoba untuk hidup "di luar dunianya", memiliki perbedaan, atau menolaknya, maka itu akan sangat melukainya.


Seorang manipulator tidak akan pernah tahan untuk menerima bahwa orang lain membangun batasan terhadapnya. Setiap orang berhak untuk membangun batasan, tetapi hak itu bagi seorang manipulator adalah sebuah serangan. "Jika aku tidak bisa mendobrak batasan rumahmu, maka kamu adalah musuhku. Kalau kamu adalah temanku, maka batasan rumahmu harus dihancurkan." Pernyataan seperti ini adalah hal yang cukup sering muncul dalam benak seorang manipulator, yaitu sebuah keinginan untuk "masuk dan memberi warna cat yang berbeda" terhadap persepsi orang yang ingin didekatinya. Dengan kata lain, konsep "pertemanan" bagi mereka adalah "pembonekaan".



Solusi dalam menghadapi seorang manipulator adalah dengan tegas menyatakan pembatasan. Kalau bisa, apa yang sedang menjadi kesepakatan untuk tidak lagi berdekatan dengannya harus dinyatakan sejelas-jelasnya. Pakailah rekaman suara, pakailah surat tertulis yang diberi tanda tangan. Nyatakanlah itu dengan jelas. Jika ada pelanggaran, bukakan bukti itu secara publik. Ingat, kita tidak akan pernah bisa menghilangkan "mispersepsi" yang dimiliki oleh seorang manipulator, itu adalah permasalahannya dia sendiri yang tidak mampu menerima "penolakan" walau yang terbentuk adalah sebuah pembatasan, bukan pembuangan. Ketika dia merasa sakit dengan bertanya "mengapa kamu harus bangun batasan?", justru itulah tanda bahwa batasan tersebut harus semakin dibangun karena dia masih mengingini orang yang ingin dikuasainya.


Buatlah batasan itu, dan ikatlah komitmen untuk menjalankannya. Jika di kemudian hari, sang manipulator mencoba untuk "mendobrak", "masuk", atau memancing-mancing Anda untuk keluar dan menjadi "bonekanya" kembali, berikan pernyataan yang tegas. "Saya tidak mau bicara tentang hal itu, saya sudah membuat batasan." Kita tidak perlu takut untuk memberikan pernyataan seperti demikian. Jangan menjadi people pleaser (penyenang manusia), justru orang-orang yang mempunyai rasa takut itulah yang mudah dimanipulasi dan dapat mengkhianati orang-orang yang mengasihinya. Ketika kita sudah bisa memberikan batasan yang kuat, itulah yang membuat kita menjadi manusia yang sehat dan membangun hubungan yang baik.


Bawah Judul